Belakangan ini, topik pemotongan suku bunga oleh The Federal Reserve (FED) menjadi fokus perhatian pasar. The Federal Reserve (FED) dalam merumuskan kebijakan moneter, terutama memperhatikan dua indikator kunci: kondisi ketenagakerjaan dan tingkat inflasi. Biasanya, ketika pasar tenaga kerja lemah atau tingkat inflasi rendah, The Federal Reserve (FED) cenderung untuk memotong suku bunga.
Namun, situasi ekonomi saat ini menunjukkan keadaan yang kompleks: pasar kerja mulai menunjukkan tanda-tanda kelemahan, yang seharusnya mendukung keputusan penurunan suku bunga; tetapi pada saat yang sama, tekanan inflasi justru meningkat, yang tidak menguntungkan untuk penurunan suku bunga. Menghadapi dilema ini, Ketua The Federal Reserve (FED) Powell dalam pidato terbaru sering menyebut 'risiko pekerjaan' dan 'risiko inflasi', berusaha mencari keseimbangan di antara keduanya.
Sebenarnya, perubahan kebijakan The Federal Reserve (FED) ini bukanlah suatu ide yang tiba-tiba, melainkan sudah direncanakan sebelumnya. Sejak bulan April tahun ini, ketika ketegangan perdagangan meningkat, Powell telah mengeluarkan sinyal bahwa ia akan menyelesaikan penyesuaian kerangka kebijakan The Federal Reserve (FED) sebelum bulan September. Tindakan ini bisa diartikan sebagai langkah untuk mempersiapkan kemungkinan keputusan penurunan suku bunga di masa depan.
Perlu dicatat bahwa The Federal Reserve (FED) telah menekankan independensinya dalam proses pengambilan kebijakan. Meskipun ada desakan dari luar, termasuk beberapa tokoh politik, untuk menurunkan suku bunga, The Federal Reserve (FED) tetap mempertahankan independensinya dalam pengambilan keputusan. Namun, beberapa pengamat berpendapat bahwa 'independensi' The Federal Reserve (FED) ini mungkin hanya ilusi, sementara sebenarnya arah kebijakannya telah disepakati di dalam.
Secara keseluruhan, tantangan yang dihadapi The Federal Reserve (FED) saat ini adalah bagaimana menemukan titik keseimbangan antara memelihara pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi. Arah kebijakan moneter di masa depan akan terus dipengaruhi oleh kinerja pasar tenaga kerja dan tingkat inflasi, sehingga para pelaku pasar perlu mengikuti perubahan kedua indikator kunci ini.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
6 Suka
Hadiah
6
3
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
GhostAddressHunter
· 20jam yang lalu
Siapa yang percaya dia tidak akan jatuh?
Lihat AsliBalas0
GasFeeNightmare
· 20jam yang lalu
Apa Powell bermain monyet?
Lihat AsliBalas0
MrDecoder
· 20jam yang lalu
Aduh, tidak usah peduli apakah independen atau tidak, semuanya adalah pemain yang diharapkan.
Belakangan ini, topik pemotongan suku bunga oleh The Federal Reserve (FED) menjadi fokus perhatian pasar. The Federal Reserve (FED) dalam merumuskan kebijakan moneter, terutama memperhatikan dua indikator kunci: kondisi ketenagakerjaan dan tingkat inflasi. Biasanya, ketika pasar tenaga kerja lemah atau tingkat inflasi rendah, The Federal Reserve (FED) cenderung untuk memotong suku bunga.
Namun, situasi ekonomi saat ini menunjukkan keadaan yang kompleks: pasar kerja mulai menunjukkan tanda-tanda kelemahan, yang seharusnya mendukung keputusan penurunan suku bunga; tetapi pada saat yang sama, tekanan inflasi justru meningkat, yang tidak menguntungkan untuk penurunan suku bunga. Menghadapi dilema ini, Ketua The Federal Reserve (FED) Powell dalam pidato terbaru sering menyebut 'risiko pekerjaan' dan 'risiko inflasi', berusaha mencari keseimbangan di antara keduanya.
Sebenarnya, perubahan kebijakan The Federal Reserve (FED) ini bukanlah suatu ide yang tiba-tiba, melainkan sudah direncanakan sebelumnya. Sejak bulan April tahun ini, ketika ketegangan perdagangan meningkat, Powell telah mengeluarkan sinyal bahwa ia akan menyelesaikan penyesuaian kerangka kebijakan The Federal Reserve (FED) sebelum bulan September. Tindakan ini bisa diartikan sebagai langkah untuk mempersiapkan kemungkinan keputusan penurunan suku bunga di masa depan.
Perlu dicatat bahwa The Federal Reserve (FED) telah menekankan independensinya dalam proses pengambilan kebijakan. Meskipun ada desakan dari luar, termasuk beberapa tokoh politik, untuk menurunkan suku bunga, The Federal Reserve (FED) tetap mempertahankan independensinya dalam pengambilan keputusan. Namun, beberapa pengamat berpendapat bahwa 'independensi' The Federal Reserve (FED) ini mungkin hanya ilusi, sementara sebenarnya arah kebijakannya telah disepakati di dalam.
Secara keseluruhan, tantangan yang dihadapi The Federal Reserve (FED) saat ini adalah bagaimana menemukan titik keseimbangan antara memelihara pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi. Arah kebijakan moneter di masa depan akan terus dipengaruhi oleh kinerja pasar tenaga kerja dan tingkat inflasi, sehingga para pelaku pasar perlu mengikuti perubahan kedua indikator kunci ini.